Koordinat.co, Gorontalo – Sungguh sangat menyedihkan apa yang dialami oleh Pariyem dan suaminya. Sepasang suami istri yang berprofesi sebagai pengusaha dari Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo itu merasa ditipu oleh oknum yang mengaku sebagai penghubung pada proyek di Kementerian Ketenagakerjaan.
Menurut Pariyem, oknum tokoh masyarakat yang juga saat ini sebagai komisioner di Komisi Pemilihan Umum (KPU) di salah satu daerah di Provinsi Gorontalo itu datang menghubunginya untuk menjadi pihak penyedia pada proyek pengadaan bantuan program untuk pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan wirausaha mandiri. Dalam pengakuan Pariyem, pada proyek itu ia diminta untuk mengadakan minyak kelapa sebanyak 2.000 dos dengan harga Rp 1.105.000.000 (Satu Miliar Seratus Lima Juta Rupiah).
Dalam pengadaan itu, kata Pariyem, dirinya diarahkan untuk mentransfer uang ke rekening toko, namun sebelumnya uang itu telah dilakukan tanda terima terlebih dahulu yang diterima langsung oleh oknum berinisial JY tersebut. Hal itu dibuktikan dengan kwitansi yang ditanda tangani oleh JY di atas meterai Rp 10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tertanggal 19 Januari 2024.
“Jadi uang itu untuk pembelian minyak (kelapa), katanya (JY) mau disalur. Tapi apakah disalur betul atau tidak, saya tidak tahu, yang jelas di situ Pak Junaid (JY) yang tanda tangan penerimaan (uang) di kwitansi. Jadi uang dibelikan barang (minyak), yang belikan mereka juga,” ungkap Pariyem pada wartawan.
“Tapi lama-kelamaan dengan berbagai alasan yang katanya dari kementerian, tapi kan itu sebenarnya cuma fiktif, tidak benar. Jadi saya yang transfer uangnya, barang ada di Langgeng (toko), dia (JY) yang jemput di Langgeng, baru di bawa di Gorut, katanya di Atinggola,” tambahnya.
Lebih lanjut Pariyem pun menceritakan kronologis awalnya JY menghubunginya untuk menjadi penyedia. Kata Pariem, JY datang ke rumahnya untuk terus membujuk dirinya agar mau menjadi penyedia pada proyek tersebut.
“Dulunya itu juga sudah pernah, tapi sudah selesai dan masih ada gantongan 35 juta belum dibayar. Yang kedua ini Pak Junaid (JY) datang lagi, katanya mau ada proyek lagi. Tapi saya sudah bilang kalau saya sudah tidak mau, karena saya sudah kapok yang kemarin, sisa saja masih 35 juta yang belum terbayar. Saya mau tenang, saya tidak mau lagi yang untuk urus begitu,” beber Pariem.
“(Tapi) dia masih bujuk lagi, dia datang lagi, itu katanya kan satu paket itu untuk dua orang. Kalau satu paket kan 4.000 gelong lebih, jadi totalnya 2 miliar lebih. Jadi dicarikan 2 orang, baru saya punya setengah, yang setengah untuk Pak Haji Hamid. Sampai dia bawa orderan yang dari Langgeng, katanya ini Pak Haji punya hari Jumat sudah terbayar, kurang sisa saya punya yang setengah. Kalau ini nanti hari senin saja katanya begitu. Saya ini sudah tidak mau, cuma mas (suami saya) yang masih percaya. Ini kan hanya untuk mencapai target pemilu katanya, jadi dua minggu itu sudah cair, paling tidak Januari itu sudah selesai sebelum tanggal 25 katanya begitu,” sambungnya.
Dijelaskan Pariem, setelah uang itu ia serahkan, JY pun berjanji akan mengawal proses pada proyek tersebut sampai pada proses pencairan.
“Jadi begitu pulang dari pasar di hari Senin itu saya sudah transfer yang di Langgeng, karena yang order mereka, jadi sudah terbayar. Sedang itu, katanya Pak Junaid yang mau kawal. Sudah ada kan dia punya tanda terima dikasih, tapi tanda terimanya tidak ada cap. Terus jelang tiga hari katanya selesai disalur beken berita acara, diproses cair. Selanjutnya saya tanya sudah tiga hari pak, sudah selesai disalur? Katanya belum mba, nanti menunggu Pak Haji punya. Loh saya kaget, katanya Pak Haji punya sudah hari Jumat itu, kenapa sampai sekarang belum ada, ternyata Pak Haji punya tidak ada. Di situ saya mulai merasa, berarti kita ini cuma ditipu,” urainya.
“Setelah itu, walaupun Pak Haji punya tidak ada, katanya walaupun cuma setengah saja, tidak satu paket tetap saya punya uang tetap mau cair. Katanya dia yang akan kawal di Jakarta. Pokonya selang tiga hari setelah penyaluran itu saya tanya terus, pak sudah selesai penyaluran, kapan Pak Junaid mau kawal di Jakarta? Tapi katanya maituwanya (istrinya) masih sakit lah, kalau tidak sakit dia sudah berangkat di hari kamis lah, pokoknya sudah banyak alasannya,” lanjutnya.
“Sampai dia bilang ada ini di Agustus. Jadi saya bilang iya, ini Agustus ini kepercayaan saya yang terkahir. Kalau ada Agustus, syukur. Memang itu yang saya harapkan mudah-mudahan ada. Tapi kalau tidak ada, Pak Junaid yang saya tuntut, tapi sampai sekarang tetap tidak ada. Saya bilang saya ini sudah korban, kalau uangnya sedikit sih tidak apa-apa. Karena dia janjinya cuma 2 minggu saja sudah cair, sampai sekarang ini tetap tidak ada,” tutupnya.
Sementara itu, JY saat dikonfirmasi membenarkan bahwa dirinya adalah sebagai penghubung antara pihak Pariyem dengan pihak kementerian untuk perihal proyek pengadaan. JY juga mengaku, bahwa dirinya telah menandatangani kwitansi penerimaan uang sebanyak Satu Miliar Seratus Lima Juta Rupiah tersebut.
“Itu kan proyek kementerian dan kebetulan ana (saya) yang menghubungkan ini penyedia (Pariyem) dengan yang dari kementerian itu. Kwitansi itu (benar) ana yang tanda tangan, ana memastikan bahwa barang sudah di lokasi. Dibuktikan dengan tanda terima dari lokasi dan dokumentasi, ada kasih lia sama mba (Pariyem) dengan mas (suaminya), ana bilang simpan bae-bae ini. Satu sen pun tidak ada dana dari mba yang masuk ke ana,” jelasnya lewat panggilan WhatsApp.
“Tapi sebelum diadakan itu dia bicara langsung dengan pihak kementerian lewat telepon, bahkan sampai dua kali dia bicara di telepon. Ini sudah proyek kedua yang mba kerja, yang proyek pertama aman dan tidak ada masalah,” tambahnya menandaskan. (Red)