Koordinat.co, Gorontalo – Isu pengelolaan sampah di Gorontalo telah menjadi masalah serius yang terus berkembang. Di berbagai daerah, sampah tidak hanya menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA), tetapi juga tercecer di sepanjang jalan dan kawasan wisata. Bahkan, sampah plastik menjadi masalah utama yang mencemari lingkungan dan merusak keindahan alam yang menjadi daya tarik wisata.
Masalah sampah ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari masyarakat, pemerintah daerah, hingga sektor bisnis. Masyarakat yang kurang sadar akan pentingnya pemilahan sampah, serta kurangnya fasilitas pengelolaan sampah yang memadai dari pemerintah, menjadi salah satu faktor penyebab utama. Peran serta pelaku bisnis, terutama yang berkaitan dengan penggunaan plastik sekali pakai, juga berkontribusi besar terhadap beban sampah.
Isu ini telah berlangsung selama bertahun-tahun, namun baru-baru ini semakin mencuat ketika Gorontalo menghadapi masalah banjir akibat curah hujan yang tinggi. Banjir yang terjadi pada bulan Oktober 2024, misalnya, mengungkapkan dampak buruk dari pengelolaan sampah yang buruk. Sampah yang tidak dikelola dengan baik menyumbat saluran air dan memperburuk kondisi banjir.
Masalah sampah ini terjadi di berbagai lokasi di Gorontalo, baik di pusat kota seperti di kawasan Kota Gorontalo, maupun di daerah pesisir yang sering menjadi tempat pembuangan sampah. Kawasan wisata seperti pantai dan taman nasional juga mengalami dampak negatif akibat akumulasi sampah plastik yang mengancam ekosistem laut.
Mengapa pengelolaan sampah di Gorontalo menjadi isu yang begitu mendesak? Salah satu alasan utama adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan. Selain itu, kurangnya fasilitas daur ulang dan pengolahan sampah di tingkat lokal juga memperburuk situasi. Pemerintah daerah perlu meningkatkan infrastrukturnya untuk menangani sampah, sementara masyarakat juga harus lebih disiplin dalam memilah dan mengelola sampah rumah tangga.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah dapat memperkenalkan kebijakan yang lebih tegas mengenai pengelolaan sampah, seperti membatasi penggunaan plastik sekali pakai dan menyediakan fasilitas daur ulang yang lebih efisien. Sementara itu, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemilahan sampah dan cara-cara sederhana untuk mengurangi sampah, seperti membawa tas belanja sendiri, harus digalakkan. Di sisi lain, sektor swasta bisa berperan dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik dan mendukung program daur ulang. Selain itu, menggerakkan partisipasi komunitas untuk membersihkan lingkungan melalui aksi gotong royong bisa mempercepat perubahan positif.