Oleh : Rinto Nurkamiden,S.Pd, MH
KOORDINAT.CO, OPINI – Sebentar lagi kita menghadapi Hari Raya Idul Adha. Di mana moment Hari raya Idul Adha identik dengan Berqurban. Di Hari Raya Idul Adha atau Hari Raya Qurban,seluruh umat muslim melaksanakan prosesi Berkurban, baik itu sapi dan kambing.
Berkurban merupakan satu keharusan bagi setiap Muslim yang berkecukupan, Berkecukupan di sini bukan hanya kaya, tapi memiliki niat yang tulus dan memiliki dana yang cukup mampu membeli sesuatu, dalam artian cukup dana ketika ingin membeli kendaraan, cukup dana ketika ingin membeli rumah, cukup dana membeli pakaian atau sepatu baru, atau cukup dana untuk membeli ponsel keluaran terbaru dan apabila itu semua terpenuhi kita harus wajib berkurban baik dilakukan secara personal maupun secara berkelompok.
Dalam kegiatan ini semestinya kita malu bila beralasan tidak memiliki cukup dana untuk berkurban apabila dilihat semua kebutuhan sudah terpenuhi, Namun dalam Berqurban harus di barengi Keihklasan sebagai simbol penyerahan diri Sepenuhnya Kepada Sang Pencipta. Hikmah dalam berqurban apa yang kau berikan akan kembali, apa yang kau tanam akan tumbuh, dan apa yang kau korbankan akan mendapatkan Pahala, Bukan daging sapi dan kambing menjadi esensi dari Qurban tapi keikhlasan kita dalam Berqurban, Mari Berqurban tapi jangan korban Perasaan.
Bagaimana Korban Perasaan..? Dalam hal positif dimana sedih kita belum bisa berqurban di momen momen Hari Raya Qurban, Dimana perasaan yang sudah mampu berkorban tapi tidak mau berqurban dan selanjutnya perasaan kita berlomba lomba untuk mendapatkan kupon pembagian daging dan perasaan tidak mendapatkan kupon pembagian daging.
Esensi dari berqurban, pada dasarnya terletak bukan pada bagi – bagi daging qurban, Esensinya adalah mengikuti jejak Nabi Ibrahim untuk ‘mengalahkan rasa takut’ agar bisa semakin dekat dengan Allah SWT, hingga anaknya diganti oleh Allah dengan sebuah sembelihan yang besar, sehingga belajar dari esensi Kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S adalah ikhlas, Ikhlas adalah kunci sukses hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Adapun Hikmah ibadah Qurban substansinya adalah menegakkan pilar – pilar utama untuk membangun sumber daya manusia dan Peradabannya melalui moral dengan pengorbanan hawa nafsu, egoisme, keserakahan, dan kesombongan.
Sehingganya rasa untuk berkurban harus kita tumbuhkan pada diri kita masing-masing, lebih-lebih dalam era globalisasi ini. kita semua dituntut untuk berkurban dalam rangka untuk mencari ridho Allah sesuai dengan kemampuan kita masing-masing.
Ulama kharismatik Buya Hamka punya pernyataan luar biasa soal berkurban. Menurut Buya Hamka, berkurban adalah sesuatu yang sangat berat, hal itu bisa dilihat dari sejarah kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim A.S yang harus rela mengorbankan anaknya Nabi Ismail A.S sesuai perintah Allah.
Kurban adalah pertanda cinta, cinta kepada sang Khalik dan cinta kepada sesama
Ayolah saudaraku saudara muslimin, berkurbanlah tanpa menimbang untung rugi, tanpa hitung-hitungan, dan jangan memakai perasaan atau nanti kita jadi korban perasaan.
Hidup adalah timbal balik. Apa yang kamu berikan akan kembali, apa yang kamu tanam akan tumbuh, dan apa yang kamu korbankan akan berbuah pahala.
Indahnya kata karena lisan, indahnya taman karena bunga. Indahnya kerabat karena bermaafan, indahnya Lebaran Qurban Saling berbagi
Artikel ini di tulis langsung oleh penulis melalui proses editing oleh Redaksi Koordinat tanpa mengurangi makna sedikitpun dari tulisan.