• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • contact
KOORDINAT.CO
Advertisement
  • Kota Gorontalo
  • Home
    • Kab Gorontalo
    • Gorontalo
      • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Daerah
    • Kota Bitung
    • Sulawesi Utara
      • Bolmut
      • Kepulauan Talaud
  • Ekonomi & Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Olahraga
No Result
View All Result
  • Kota Gorontalo
  • Home
    • Kab Gorontalo
    • Gorontalo
      • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Daerah
    • Kota Bitung
    • Sulawesi Utara
      • Bolmut
      • Kepulauan Talaud
  • Ekonomi & Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Olahraga
No Result
View All Result
KOORDINAT.CO
No Result
View All Result
Home Opini

TAUBAT DARI KEBODOHAN (1)

seorang profesor fisika kuantum mungkin dielu-elukan dunia, tetapi jika ia merendahkan orang lain atau serakah, ia tetaplah "bodoh" secara spiritual

Admin by Admin
TAUBAT DARI KEBODOHAN (1)
0
SHARES
28
VIEWS
Share on WhatsappShare on FacebookShare on Twitter

Oleh : Muhsin Labib.

Dalam dunia modern, “pengetahuan” sering direduksi menjadi sesuatu yang hanya bisa diukur melalui indra—seperti data, eksperimen, atau teknologi. Cara pandang ini berakar dari materialisme, yang menggabungkan epistemologi empirisme (pengetahuan berasal dari pengamatan) dan pragmatisme (nilai pengetahuan ditentukan kegunaan praktis). Di sini, ilmuwan dianggap sebagai “orang pandai” (berpengetahuan) karena kemampuannya mengumpulkan fakta fisik melalui penelitian dengan aneka profesi spesialis, arsitek dan ragam gelar akademis, publikasi ilmiah, atau penguasaan teknologi menjadi tolok ukur utama kepandaian juga kesuksesan dengan privilege-nya.

Namun, di balik kerangka materialistik ini, tersembunyi paradoks:

bagaimana mungkin seseorang dengan segudang gelar dan penguasaan sains bisa tetap melakukan korupsi, keserakahan, atau kezaliman?

Jawabannya terletak pada cara lain memandang realitas. Filsafat metafisika, misalnya, menggali hakikat kebenaran melalui perenungan rasional yang abstrak, sementara tradisi mistisisme seperti irfan (dalam Islam) menekankan bahwa pengetahuan sejati (ma’rifah) bukanlah sekadar fakta terindra, melainkan “ketersingkapan” realitas spiritual melalui pemurnian hati.

Pengetahuan dalam makna ini adalah cahaya yang menyinari jiwa, mengubah cara manusia memahami diri, kehidupan, dan hubungannya dengan Yang Maha Tinggi. Allah berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
“Sesungguhnya yang takut (khasyyah) kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah orang-orang yang berpengetahuan (ulama).”
(QS. Fāṭir [35]: 28).

Ayat ini mengungkap hakikat “ulama” sejati: bukan mereka yang menguasai data atau gelar, melainkan orang yang hatinya tersentuh oleh kesadaran ketuhanan. Ayat dalam deskripsi profan menjelakan bahwa “sesungguhnya orang-orang yang mengkhawatirkan (kemurkaan Allah) hanyalah orang-orang berpengetahuan (ulama)”

Artikel Terkait :  Control Politik HPMI-GU : Upaya Merawat Kondusifitas Demokrasi, Menjelang Pemilu Serentak 2024

Rasa takut mereka (khasyyah) kepada Allah lahir dari pemahaman mendalam bahwa setiap dosa adalah pengkhianatan terhadap tujuan penciptaan manusia sebagai makhluk mulia. Inilah paradoks yang memilukan: seorang profesor fisika kuantum mungkin dielu-elukan dunia, tetapi jika ia merendahkan orang lain atau serakah, ia tetaplah “bodoh” secara spiritual. Sebaliknya, petani sederhana yang hidup dengan pengendalian diri dan kesadaran batin justru bisa menjadi *ulama*—manusia yang bijak karena mengenal hakikat diri dan Tuhannya.

Taubat, dalam perspektif ini, bukan sekadar ritual permohonan ampun. Ia adalah revolusi kesadaran—proses “bangun dari kebodohan” ketika seseorang menyadari bahwa dosa-dosanya bersumber dari ketidaktahuan akan realitas sejati. Keburukan moral adalah buah dari jiwa yang gelap, belum tersentuh cahaya “ma’rifah” Ilmuwan yang menciptakan senjata pemusnah, politisi licik yang menghalalkan segala cara, atau orang kaya yang menindas, adalah contoh manusia “pintar” yang terperangkap dalam kebodohan spiritual. Mereka mungkin mengetahui hukum alam, tetapi gagal memahami hukum Sang Pencipta. Mereka adalah orang-orang pandir sejati.

Artikel Terkait :  KETURUNAN NABI SAW TIDAK DIKECUALIKAN DARI PRINSIP KEADILAN DAN HUKUM (Bagian 1)

Bila menurut metafisika dan mistika pengetahuan inderawi (sains) bukanlah pengetahuan sejati dan para saintis bukalah ulama (yang berpengetahuan) berdasarkan ayat “sesungguhnya yang hanya takut kepada Allah adalah orang-orang berpengetahuan (ulama), maka itu tak berarti bahwa semua orang yang dianggap sebagai ulama atau mengaku sebagai ulama yang biasanya mengenakan jubah dan sebagainya, adalah ulama (memiliki pengetahuan hakiki. Dengan kata lain, ulama dalam terminologi filsafat metafisika dan irfan, bukanlan saintis dan bukan pula khotib dan pemimpin pesantren. Ma’rifah sejati tak ditemukan di laboratorium saintis dan tak diperoleh di balik mimbar pengajian.

Pengetahuan sejati, dengan demikian, adalah pertemuan harmonis antara akal dan hati. Akal memahami mekanisme alam semesta, sementara hati menangkap makna terdalam eksistensi. Seperti dua sayap, keduanya membawa manusia mendekati kebenaran. Tanpa keseimbangan ini, gelar akademis hanyalah topeng kecerdasan semu, sementara kebijaksanaan sejati tetap menjadi rahasia langit yang hanya terbuka bagi hati yang suci. Firman Allah dalam surah Fāṭir itu mengingatkan: standar kepandaian dalam Islam tak pernah terpisah dari dimensi spiritual. Kebodohan hakiki adalah ketika manusia lupa bahwa ia diciptakan untuk sesuatu yang lebih mulia—bukan sekadar mengejar pengakuan duniawi, tetapi meraih kesadaran akan kehadiran Ilahi dalam setiap helaan napas.

Artikel Terkait :  Lengsernya Nasir Giasi dan Kegagalan Golkar dalam Menyongsong Pilkada Pohuwato 2024

Dengan demikian, pengetahuan punya cakupan yang lebih luas dari sekadar teori fisika dan hukum positif, karena realitas lebih luas dari sekadar proton, elektron, neutron dan benda.

Pengetahuan bukanlah tujuan, melainkan jalan untuk mengenal diri dan Pencipta. Ia adalah gradasi kesadaran holistik antara rasionalitas dan spiritualitas, antara akal yang “memahami realitas” dan hati yang “mengalami realitas”. Di ujung jalan ini, manusia tidak hanya menjadi ahli dalam sains, tetapi juga menjadi ahli dalam makna—sebuah pencapaian yang mengubahnya dari sekadar “pintar” menjadi arif, dari pengumpul data menjadi pecinta kebenaran.

Tags: Muhsin labib
Previous Post

Digitalisasi Perpajakan Desa, Kejari: Tak Ada Lagi Pelaporan Manual dan Keliru

Next Post

Agenda Terselubung Tim ‘Joker’ Dalam Gerakan Tangkap ‘YR’

Next Post
Agenda Terselubung Tim ‘Joker’ Dalam Gerakan Tangkap ‘YR’

Agenda Terselubung Tim 'Joker' Dalam Gerakan Tangkap 'YR'

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terpopuler

  • Giliran Pelaku Penggelapan Toko Melapor Dugaan Persekusi Terhadap Dirinya

    Giliran Pelaku Penggelapan Toko Melapor Dugaan Persekusi Terhadap Dirinya

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Akibat Kelalaian Pihak Sekolah, Ratusan Siswa SMA Negeri 1 Kabila Gagal Masuk Seleksi Nasional Berbasis Prestasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Unras Minta Bupati Gorontalo Tanggalkan Jabatan, Nyaris Ricuh dan Aduh Jotos

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kontraktor Tinggalkan Hutang Ratusan Juta Rupiah, Edward Nangoy: Itu Tanggungjawab CV Syalwa Pratama

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Siswa SMKN 1 Limboto Dikeroyok di Halaman Sekolah, Orang Tua Siswa Lapor Polisi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Polemik Pasar Sentral, Wali Kota Gorontalo Diminta Buang Handuk dan Minta Maaf Kepada Rakyat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Wow! Bawaslu Ungkap Dugaan Politik Uang di Pilkada Kabupaten Gorontalo

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Berita Terbaru

Solidaritas Pegawai Kejari Kabupaten Gorontalo Bangun Masjid Permanen

Solidaritas Pegawai Kejari Kabupaten Gorontalo Bangun Masjid Permanen

Juni 11, 2025
Kejari Kabupaten Gorontalo Berqorban : Idul Adha Momentum Keikhlasan dan Kepedulian Sosial

Kejari Kabupaten Gorontalo Berqorban : Idul Adha Momentum Keikhlasan dan Kepedulian Sosial

Juni 7, 2025
Tokoh Masyarakat Ucapkan Terima Kasih kepada Kades Iskandar Monoarfa yang Telah Melakukan Kurban Dua Ekor Sapi

Tokoh Masyarakat Ucapkan Terima Kasih kepada Kades Iskandar Monoarfa yang Telah Melakukan Kurban Dua Ekor Sapi

Juni 6, 2025
Usai Dikukuhkan Ketua TP.PKK Selvi Mbuinga Monoarfa Sampaikan Sambutan Perdana

Usai Dikukuhkan Ketua TP.PKK Selvi Mbuinga Monoarfa Sampaikan Sambutan Perdana

Juni 5, 2025
Bupati Saipul Terimah Kunjungan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo

Bupati Saipul Terimah Kunjungan Kepala Perwakilan BPKP Provinsi Gorontalo

Juni 5, 2025
Diancam di Bunuh dan Dipotong, YR Memilih Sementara Waktu Tidak Menempuh Jalur Hukum

Diancam di Bunuh dan Dipotong, YR Memilih Sementara Waktu Tidak Menempuh Jalur Hukum

Juni 4, 2025
Bibit Maxxi Dorong Pemberdayaan Ekonomi Petani Bone Bolango

Bibit Maxxi Dorong Pemberdayaan Ekonomi Petani Bone Bolango

Juni 2, 2025
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • REDAKSI
  • Kontak Kami

© Copyright 2023 - All Rights Reserved | Proudly Hosted by Hestek Media

No Result
View All Result
  • Kota Gorontalo
  • Home
    • Kab Gorontalo
    • Gorontalo
      • Pohuwato
    • Gorontalo Utara
  • Daerah
    • Kota Bitung
    • Sulawesi Utara
      • Bolmut
      • Kepulauan Talaud
  • Ekonomi & Politik
  • Hukum & Kriminal
  • Olahraga

© Copyright 2023 - All Rights Reserved | Proudly Hosted by Hestek Media