Oleh: Dr. H. Arfan A. Tilome, M.Hi (Tokoh Muhammadiyah Gorontalo)
KOORDINAT.CO – Saat itu di tahun 1991 tersebar berita bahwa telah terjadi praktek pemurtadan oleh sejumlah oknum misionaris (Pendakwah Katolik) di kalangan masyarakat di Desa Bongo, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo. Berita tersebut disampaikan juga di hadapan jamaah kuliah subuh Muhammadiyah Kota Gorontalo, dan sempat membuat jama’ah prihatin.
Bapak Haji Yusuf Polapa atau yang lebih akrab disapa Papi Polapa (PP) selaku Koordinator Kuliah Subuh Muhammadiyah Kota Gorontalo sekaligus sebagai Wakil Ketua Takmirul Masjid Darul Arqam Kota Gorontalo memanggil saya, dan menyuruh agar bersama mubaligh lainnya datang berdakwah di Desa Bongo yang sedang dilanda pemurtadan tersebut.
Saat itu saya bersama teman-teman tinggal di Masjid Darul Arqam dan sebagai wakil sekretaris Takmirul Masjid Darul Arqam. Saya pun langsung menanyakan siapa yang akan ikut bersama saya ke Desa Bongo. Beliau (PP) menghubungi Bapak Anwar Bau (Alm) dan langsung memerintahkan agar pergi bersama ke desa Bongo.
Beliau (PP) menyuruh kami agar mendatangi Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Bongo 2 yang saat itu dijabat oleh Bapak Suwarno. Kami berdua menumpang di angkutan umum (Telaga-Paguyaman-Bongo) dan Alhamdulillah walau dengan kondisi jalan yang rusaknya minta ampun, kami pun tiba dengan selamat dan menginap di rumah Ketua PRM tersebut.
Setelah menceritakan maksud kedatangan kami, oleh PRM kami dibagi di dua Masjid di Dusun Bongo 2 untuk memberikan ceramah bakda Maghrib dan bakda Subuh. Saya didampingi Ketua PRM bertugas di Masjid Darunnajah, dan Pak Anwar Bau didampingi oleh salah seorang anggota PRM bertugas di Masjid lainnya (lupa nama masjidnya).
Di tengah jama’ah Masjid, usai ceramah saya mewawancarai mereka perihal isu pemurtadan yang melanda Desa tersebut. Mereka pun pernah mendengar isu yang sama, tapi belum menemukan anggota masyarakat yang murtad. Mereka hanya menyaksikan sejumlah oknum yang membawa paket bantuan berisi bahan-bahan makanan seperti mie instan, gula pasir, minyak goreng, roti, dll dibagikan kepada masyarakat setempat secara gratis.
Memang saat itu Gorontalo lagi dilanda musim kering yang berkepanjangan dan sangat mempengaruhi kehidupan para petani termasuk di Desa Bongo. Kami juga menyaksikan bagaimana keringnya lahan-lahan pertanian di sepanjang jalan menuju Desa Bongo tersebut.
Usai melaksanakan tugas dakwah, kami berdua kembali ke Kota Gorontalo dan melaporkan kondisi real yang kami temui di Desa Bongo kepada PP. Dari sinilah Papi Polapa menyampaikan ide WISATA DAKWAH dengan cara membawa bahan-bahan santunan untuk dibagikan kepada masyarakat Bongo yang dilanda kekeringan saat itu selain dilanda isu pemurtadan.
Istilah WISATA DAKWAH diadopsi dari kegiatan WISATA DAKWAH yang dilaksanakan oleh IRMADA (Ikatan Remaja Masjid Darul Arqam) sebelum pelaksanaan Wisata Dakwah di Desa Bongo. Kebetulan saya sebagai sekertaris IRMADA menjadi Ketua Panitia Wisata Dakwah yang saat itu berlokasi di obyek wisata Lombongo, dan sepengatahuan Papi Polapa selaku Takmirul Masjid Darul Arqam.
Kegiatan yang akan digelar di Desa Bongo ini lebih menonjolkan Dakwah dari pada wisatanya, sebab di lokasi yang menjadi sasaran bukanlah obyek wisata, juga karena akan fokus pada DAKWAH nya, baik dakwah bil lisan (Ceramah) maupun dakwah bil hal dengan pembagian bahan santunan sebagai “pembebasan” masyarakat dari dera kemiskinan akibat musim kering sekaligus mengimbangi santunan dari para oknum misionaris.
Maka istilah Wisata Dakwah saya usulkan di balik menjadi DAKWAH WISATA. Istilah tersebut disetujui PP dan “Diamini” juga oleh Prof. Ibrahim Polontalo yang saat itu menjabat sebagai Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Gorontalo. Akhirnya istilah DAKWAH WISATA digunakan hingga saat ini walau sebagian orang ada yang menggunakan istilah WISATA DAKWAH.
Awal pelaksanaan Dakwah Wisata tahun 1991 lebih disponsori oleh jamaah Kuliah Subuh Muhammadiyah Kota Gorontalo yang saat itu dikoordinir langsung oleh Papi Polapa. Beliau langsung menunjuk Panitia Kecil untuk menyukseskan rencana dakwah wisata tersebut.
Seingat saya Ketua Panitia Dakwah Wisata pertama itu adalah Bapak Haji Lisi Akuna, dan Sekertaris Bapak Kadim Masaong dibantu oleh AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) dan IRMADA. Cukup banyak bahan santunan yang terkumpul saat itu dibawa, dan dibagikan di Desa Bongo yang dipusatkan di Masjid Darunnajah Dusun Bongo 2.
Sayangnya saat itu saya bersama teman-teman tidak sempat pergi karena ketiadaan kenderaan. Saat keberangkatan terjadi insiden kecil, yakni baku rampas tempat duduk kenderaan hingga Pa’ade Sude saat itu sempat marah, dan nyaris memukul teman-teman AMM yang terlibat baku rampas tempat duduk (Suah lupa siapa yang nyaris dipukul oleh Pa’ade Sude itu).
Sejak perencanaan dan pelaksanaan Dakwah Wisata perdana ini berlangsung pad bulan Rabiul Awal 1442 H. Maka setiap pelaksanaan dakwah wisata berikutnya pun mengambil momentum di bulan Rabiul Awal.
Sebagaimana diketahui di bulan ini oleh sebagian masyarakat dilaksanakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dengan membuat walimah yang berisi aneka kue dan makanan untuk dibagikan kepada pelantun zikir (Dikili) dan kepada sebagian masyarakat yang hadir pada peringatan maulid Nabi tersebut.
Maka Dakwah Wisata Muhammadiyah dilaksanakan selalu mengambil momentum di bulan Maulid, atau Rabiul Awal dimaksudkan agar jama’ah kuliah subuh dan warga Muhammadiyah dapat meneladani salah satu akhlak Rasulullah SAW, yaitu gemar berbagi kepada kaum dhuafa.
Dakwah wisata kedua berlangsung tahun 1413 H atau tahun 1992 M dan masih berlokasi di Desa Bongo yang kala itu dipusatkan di Dusun Bongo 3. Dakwah wisata kedua ini didahului dengan kegiatan DPD IMM (Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Sulawesi Utara Bidang Sosial Kemasyarakatan yang kebetulan saat itu saya selaku Ketua Bidangnya didampingi Bapak Hadrun Makruf. Malam jelang Dakwah Wisata besoknya DPD IMM menggelar kegiatan NADA dan Dakwah, sayangnya saya sudah tidak ingat lagi siapa saja teman-teman yang bermalam di Dusun Bongo 3 tersebut.
Dakwah Wisata ketiga tahun 1414 H/1993 M berlokasi di halaman bawah Benteng Otanaha Kota Barat. Kali ini tidak hanya memberi bahan santunan kepada masyarakat sekitar, tetapi memberikan bantuan modal kepada sejumlah pedagang kecil di sekitar lokasi dakwah wisata.
Tahun 1415 H/1994 M dakwah wisata yang ke-4 mengambil lokasi di Suwawa, Kabupaten Bone Bolango dekat aliran sungai Bone, dan disusul Dakwah Wisata ke-5 berlangsung di Kwandang, Gorontalo Utara (Lupa Desanya).
Selengkapnya berturut-turut pelaksanaan Dakwah Wisata mulai dari ke-1 hingga sekarang ke-34 dengan hanya menyebut nomor urut, tahun Hijriyah/Miladiyah dan lokasi (Desa/Kecamatan) sebagai berikut :
- 1412/1991: Bongo-Paguyaman
- 1413/1992: Bongo-Paguyaman
- 1414/1993: Halaman bawah Benteng Otanaha-Kota Barat
- 1415/1994: Duano-Suwawa
- 1416/1995: Kwandang
- 1417/1996: Botumoito-Tilamuta
- 1418/1997: Labanu-Tibawa
- 1419/1998: Leato-Kota Selatan
- 1420/1999: Atinggola
- 1421/2000: Bendungan-Tapa
- 1422/2001: Mutiara-Paguyaman
- 1423/2002: Payunga-Batudaa
- 1424/2003: Libuo-Paguat
- 1425/2004: Anggrek-Kwandang
- 1426/2005: Oluhuta-Kabila Bone
- 1427/2006: Kotajin-Atinggola
- 1428/2007: Sumalata
- 1429/2008: Molutabu-Kabila Bone
- 1430/2009: Dembe 1-Kota Barat
- 1431/2010: Pentadio-Telaga Biru
- 1432/2011: Libuo-Paguat
- 1433/2012: Malagoso-Gentuma Raya
- 1434/2013: Bolihutuo-Tilamuta
- 1435/2014: Patoameme-Botumoito
- 1436/2015: Lopo-Batudaa Pantai
- 1437/2016: Deme 2-Sumalata Timur
- 1438/2016: Bajo-Tilamuta
- 1439/2018: SMK Pohuwato
- 1440/2018: Lokpon-Tomilito
- 1441/2019: Pantai Ratu-Tilamuta
- 1442/2020: Minanga-Atinggola
- 1443/2021: Bolihutuo-Tilamuta
- 1444/2022: Taludaa-Bone, dan
- 1445/2023: Diyonumo-Sumalata Timur
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa pelaksanaan Dakwah Wisata selalu mengambil momentum bulan Rabiul Awal di setiap tahun Hijriyah, sehingga berdasarkan tahun Hijriyah Dakwah Wisata berlangsung secara runtun. Lain halnya dengan tahun Miladiyah, terdapat suatu tahun yang penyelenggaraan dakwah wisatanya dua kali, yakini tahun 2018.
Sebaliknya terdapat pula tahun Miladiyah yang tidak ada dakwah wisatanya yaitu tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh adanya selisih jumlah hari di tahun Hijriyah dibandingkan dengan tahun Miladiyah, serta adanya momentum penting lainnya. Tahun Hijriyah memiliki sebanyak 354 hari selisih 11 hari setiap tahun dibanding tahun Miladiyah yg memiliki sebanyak 365 hari.
Tahun 2016 terjadi dua kali Dakwah Wisata, karena di Bulan Rabiul Awal 1437 H bertepatan dengan Januari 2016. Sementara Rabiul Awal 1438 H masih mendapati akhir tahun 2016. Lain halnya di tahun 2017 tidak melaksanakan Dakwah Wisata, karena bulan Rabiul Awal 1438 H berada di akhir tahun 2017 (November-Desember 2017).
Di sisi lain jelang pelaksanaan Dakwah Wisata ke-28, terinformasi bahwa Bapak Prof. Muhajir Effendy selaku Mendikbud (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan) sekaligus Ketua PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah saat itu akan berkunjung ke Gorontalo guna meresmikan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Muhammadiyah Pohuwato pada bulan Januari 2018. Maka disepakati Dakwah Wisata diundur dan disatukan dengan kegiatan peresmian SMK Muhammadiyah Pohuwato pada bulan Januari 2018 walaupun sudah melewati bulan Rabiul Awal, atau sudah memasuki bulan Rabiul Akhir 1439 H.
Peserta dan sponsor utama Dakwah Wisata ini adalah Jama’ah Kuliah Subuh Muhammadiyah Kota Gorontalo, akan tetapi sudah berkembang dan menjadi agenda bersama warga Muhammadiyah dan simpatisan se-Provinsi Gorontalo. Oleh sebab itu, Dakwah Wisata ini kendatipun kebanyakan mengambil lokasi di luar Kota Gorontalo, namun pendistribusian bahan-bahan santunan sebagiannya tetap disalurkan kepada kaum dhuafa serta lembaga-lembaga pendidikan dan panti Asuhan yang membutuhkan bantuan di Kota Gorontalo.
Dakwah Wisata telah menjadi agenda rutin tahunan bagi keluarga besar Muhammadiyah Gorontalo yang kini sudah yang ke-34 kalinya. Setiap penyelenggaraan dakwah wisata rata-rata tidak kurang dari 300 mobil yang berpartisipasi. Jika setiap mobil terdiri atas 5 orang, maka rata-rata peserta dakwah wisata diikuti kurang lebih 1.500 (Seribu Lima Ratus) orang. Hal ini sudah tentu berdampak positif terhadap geliat ekonomi masyarakat. Pembelian bahan santunan, konsumsi peserta/jama’ah, sewa kenderaan, dan lain-lain adalah bagian dari kontribusi Muhammadiyah Gorontalo terhadap peningkatan ekonomi masyarakat melalui Dakwah Wisata.
Semoga kegiatan ini terus berlangsung, dan berkembang dengan berbagai inovasi dan manfaat yang lebih besar bagi umat.