Oleh : Erijellly Bandaro(opini)
Pak Kwik dan Ibu Susi stress karena sikap nitizen yang brutal terhadap mereka. Karena mungkin ketika mereka menggunakan jarinya untuk posting , mereka tidak pernah membayangkan dampaknya begitu besar terhadap personal mereka. Kalau saya merasakan suasana hati mereka, itu bukan sekedar empati. Saya rasakan langsung dampak Sosmed. Sosial media itu diakses secara luas, tanpa mengenal golongan, agama atau ras. Ia menabrak itu semua. Ketika orang komen, dia tidak pernah berpikir terhadap orang lain. Dia hanya ingin memuaskan dirinya sendiri.
Apalagi bagi mereka yang termasuk publik pigur. Sedikit saja tulisan atau postingan menganggu suasana hati orang lain, maka siap siaplah nitizen berang. Caci maki, umpatan secara halus maupun kasar akan berdatangan begitu saja. Mau larang gimana ? Itu hak mereka yang punya akses terhadap tulisan atau postingan anda. Kalau tidak siap mental, itu bisa membuat orang bunuh diri. Artis top korea, bunuh diri karena tidak tahan di bully. Presenter TV terkenal, seorang dokter bunuh diri, juga karena alasan tidak kuat di bully. Banyak keluarga hancur karena sosial media.
Saya bisa merasakan itu. Walau saya bukan kelas selep sosial media dan bukan masuk kelas influencer, namun tak sepi dari bully an. Bahkan ada yang serang langsung. Mereka japri ke istri saya. Fitnah berdatangan begitu saja. Tetapi istri saya tidak pernah tanggapi. Bahkan dia langsung block nitizen itu. Apa alasannya.? “ terlalu renta rumah tangga saya bila harus hancur karena omongan orang lain yang bukan siapa siapa. Dia tidak mengenal suami saya seperti saya mengenal suami saya.’ Sahabat saya juga diserang. Tapi mereka cuekan saja berita orang menghujat saya. Alasannya, mereka tidak mengenal Mr. B sebenarnya. They are nothing.
Dalam hidup ini, yang harus kita jaga adalah keluarga dan sahabat kita. Orang lain? Engga usah ditanggapi serius. Kalau dipuji biasa saja. Kalau dihujat, anggap itu sangat biasa saja. Mengapa ? sebaik apapun kita, mereka tetap punya alasan membenci kita. Jadi cara menghadapinya bukan ladenin mereka dan membungkam mulut mereka. Tetapi tutup kedua telinga kita. Kemudian nikmati kebersamaan dengan sahabat dan keluarga. Karena apapun yang terjadi, sahabat dan keluargalah yang akan menggunakan tubuhnya untuk kita bersandar.
Saya bisa merasakan suasana hati pak Kwik dan Ibu Susi. Namun saya bisa melewati hidup ditengah hiruk pikuk sosial media ,karena saya tidak punya interest prabadi. Saya tak berharap iklan, uang, atau tenar atau jabatan politik jadi anggota dewan. Saya hanya ingin membantu Jokowi. Dia orang baik. Saya yang rakyat jelantah ini bisa mendukung dia berprestasi baik. Itupun sandaran saya adalah Tuhan. Bukan manusia.