Oleh : Erizelly Bandaro
Mungkin anda semua tahu dalam sejarah agama agama. Para messenger itu menerima wahyu tidak diatas panggung dan istana megah atau di tempat ibadah. Nabi Muhammad menerima wahyu kali pertama di sebuah Gua bernama Hira, Budha mendapatkan ilham di malam sepi di bawah pohon di Bodh Gaya. Musa berada di puncak SInai mendengar titah pertamanya dari Allah untuk melaksana misi ke Nabiannya. Ya agama dimulai di tempat senyap dan sunyi. Tak seorang pun hadir ketika itu. Suasana “ misterius, menakutkan, memukau.” tiap situasi hadir sebagai situasi terpuncak, momen yang tak lazim, ketika seseorang mengalami kehadiran sesuatu yang Maha Lain, yang anonymous. Dari situlah awal kebenaran ilmu dan ilmu kebenaran ditanamkan.
Tapi selanjutnya dalam sejarah manusia, sajak tanah liat berubah jadi tembikar dan keramik, uang diperkenalkan, emas diperdagangkan, selir menghiasi istana raja dan bangsawan, kuda berganti rubicon, agama tak lagi sesuatu yang anonymous. Ia menjadi simbol bendera bernuansa perang dan mengekalkan perbedaan. Ia menjadi alat politik mencapai kemenangan atas nama Tuhan. Ia menjadi Marketing kit untuk memasarkan MLM. Ia menjadi standar sendiri untuk menentukan halal dan haram. Kafir dan Sholeh. Sorga dan neraka. Agama pun menjadi wahana bisnis yang mengejar rating dan like dan subscribe.
Agama tidak lagi sunyi. Semakin kencang TOA semakin hebat agama. Semakin kencang takbir semakin pantas membunuh dan menyerang. Semakin banyak yang teriak di jalanan atas nama Tuhan semakin yakin masuk sorga . Agama sudah menjadi gendang, yang mengiringi penari latar mengundang orang ramai datang dengan fantasi sendiri, mau sorga dan cepat kaya mudah. Agama tidak lagi sunyi dan dia sudah jadi panggung selebritis.
Bagi saya agama itu sunyi dan bagaimana di waktu mendung, saya dengan secangkir kopi , makan singkong rebus dan membaginya..(R01)
Sumber : Facebook Erizelly Bandaro