Oleh: Nizam Halla
Saat kita diterpa badai cobaan, pernahkah kita bergumam dalam hati, “mengapa semua ini harus terjadi padaku?”
Jika hari ini kita merasa begitu nelangsa, cobalah ingat langkah yang pernah kita lalui, saat bahagia itu mengguyur kehidupan kita, Padahal kebahagiaan yg kita alami menjadi impian bagi banyak orang. kenapa harus memilih untuk mengeluh saat kesulitan menyapa kita?
Arthur Ashe adalah seorang juara. ia sukses memenangkan turnamen Wimbledon. Hingga berhasil menyabet posisi petenis nomor satu dunia. bergelimang materi, meraih popularitas, dan punya jutaan penggemar diseluruh dunia. Siapa pun yang berada di posisinya, tentu akan merasa begitu beruntung dan bersyukur.
Namun di tahun 1988, Arthur mengalami hari paling buruk dari fragmen hidupnya, petenis flamboyan itu divonis menderita AIDS. Penyakit ini ia dapatkan dari transfusi darah ketika ia menjalani pembedahan jantung. Tentu saja membuat Arthur harus melewati masa -masa paling suram dalam hidupnya.
Arthur mendapatkan banyak simpati dari penggemarnya. Banyak dari mereka yang mengirimkan surat berisi hal -hal positif untuk menyemangatinya.
Dari sekian banyak surat, ada sebuah surat yang begitu menarik perhatian arthur. Isi surat itu adalah : “Mengapa Tuhan memilihmu untuk menjalani cobaan seberat ini?”
Arthur lalu membalas surat itu dengan argumen keyakinan :
“Tuhan memilihku menjadi salah satu dari lima puluh juta anak -anak yang ingin belajar tenis. Lima juta orang belajar tenis secara rutin. Lima ratus ribu orang belajar tenis secara professional. Lima puluh orang mengikuti pertandingan tenis. Lima ribu orang di antaranya sukses ke Grand Slam. Lima puluh orang lagi berhasil ke Wimbledon.
Dari semua kompetisi itu, Tuhan memilihku menjadi salah satu dari empat orang sukses hingga ke semi final. Dua orang berhasil ke babak final, lalu Tuhan memilihku untuk menjadi pemenang.”
“Ketika aku merayakan kemenangan dan memegang trophy Wimbledon diatas podium kehormatan, aku bersyukur karena DIA telah memilihku, aku tak pernah bertanya “mengapa harus aku,?” dan hari ini Tuhan kembali memilihku untuk menjalani kehendakNya, menghadapi takdir yang telah di tetapkan untukku, pantaskah aku bertanya kepada Tuhan, ‘Mengapa harus aku?’”.
Kita berada dalam sebuah realitas dimana banyak orang yang lupa bersyukur atas nikmatNya. Banyak pula orang yang merasa menyalahkan keadaan saat ia diberi cobaan. Sembari bertanya dalam gumam sedih ” mengapa harus aku?
Terkadang kita lupa bahwa cobaan adalah “madrasah” yang di pilih Allah untuk mendidik hambaNya, DIA meniupkan Kasih SayangNya melalui ragam ujian.
Maka Ridhoi takdirmu, jika kau ingin mencari Ridho Allah. nikmati setiap kepingan puzzle kehidupanmu. Pada kesabaran yang terus membimbingmu, kelak dia akan menyatu sempurna, sesempurna panggilan Tuhan ketika DIA memilihmu menjadi Hamba pilihanNya, “Yaa Ayyuhan Nafsul Muthmainnah”
layakkah kita berenang di kolam kesedihan padahal Allah menyediakan kita samudra kebahagiaan?
La tahzan.