Oleh : Ruhullah makkawaru
*Allah maha sempurna, menguasai dan menciptakan segalanya, hitam putih, siang malam, langit bumi, baik buruk, keras lentur dan lain sebagainya yang berlawanan. Dalam wilayah hakikat ma’rifat, keduanya merefleksikan sifat jalal dan jamalNya. Allah bersifat jalal dengan pemarahNya, perkasaNya, penyiksa, pembalas, tipu daya dan sifat antagonis lainnya. Namun Allah juga bersifat jamal dengan kasih sayang, lembut, lentur, pemurah, pemaaf dan sifat protagonis lainnya. Gabungan dari keduanya adalah kamal yakni sifat yang sempurna. Maka tidak heran manusia sebagai makhlukNya mengikuti semua sifatNya baik keras lembut, baik buruk, pemaraah pemaaf atau antara keduanya. Keduanya ibarat dua sayap merpati yang menunjukan keperkasaan dan keindahannya. Jika salah satunya tak ada, merpati tak dapat terbang indah.
Namun memang dalam wilayah syariat, keduanya terlihat jelas kontradiksinya. Sifat keras dan buruk dapat menimbulkan kekecewaan, kemarahan dan sifat keras dan buruk yang sama dari sesamanya. Dan sebaliknya, sifat baik dan indah akan menimbulkan kasih sayang, penghormatan, cinta dari sesamanya. Karena dalam wilayah syariat sudah berlaku sunnatulloh hukum alam. Siapa yang baik akan dicinta dan siapa yang buruk akan dicaci.
Maka bersyukurlah siapapun yang dianugrahi ilmu hakikat dan ma’rifat baik dalam tataran teoritis maupun praktis. Teoritis yang akan menghantarkan pada wilayah praktis. Karena dalam wilayah ini, khususnya yang sudah masuk laku praktis, dapat menyaksikan dan merasakan keduanya, jalal dan jamalNya dengan jelas. Meski kadang ada rasa sakit sedikit dari bekas pukulan jalalNya, itu wajar sebagai manusia biasa. Namun jika meski sakit tetap dapat mencintai, itu menunjukan refleksi dari kamalNya.
Dan kita diberi ikhtiyar untuk memilih apakah menggunakan jalal atau jamalNya dan bahkan keduanya. Atau memilih hidup berdampingan dengan yang bersifat jalal atau jamalNya, itu hak asasi kita. Dengan konsekuensi masing-masing tentunya.(R01)