KOORDINAT.CO, GORONTALO – Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Gorontalo melaksanakan Kunjungan kerja ke Kementrian Pertanian Republik Indonesia (RI), kunjungan kerja dilaksanakan dalam rangka terkait Kekurangan pupuk di Kabupaten Gorontalo. Pasalnya dengan kekurangan Pupuk ini membuat resah para Petani di Kabupaten Gorontalo.
Kunjungan Kerja Komisi 1 di Kementrian Pertanian itu di pimpin langsung Syarifudin Bano, di mana katanya kami komisi 1 melakukan kunjungan kerja ke Kementrian Pertanian, dalam rangka tindak lanjut aduan dari pada masyarakat bahkan beberapa Kepala Desa dan juga ketua-ketua kelompok Petani, yang menyampaikan aspirasi ke DPRD atas jatah kuota pupuk yang mereka terima khususnya kelompok tani sangat berkurang dibanding dengan tahun sebelumnya,
“ Yang biasanya ditahun sebelumnya 1 hectare 500 s/d 600 KG per hectare saat ini tinggal 300 s/d 350 per hectare, Ujar Ketua Komisi 1, Selasa (14-03-2023)
Oleh karena itu dirinya selaku ketua komisi, melakukan rapat internal Komisi dan Menyurat kepada Kementrian Pertanian, dan juga meminta ke Dinas Pertanian Kabupaten Gorontalo untuk mendampingi.
“ Agar kita tahu persis apa masalahnya. Samping reralokasi kita kemarin ini berkurang terhadap perlakuan kuotanya disetiap hectare,” Terang Aleg 3 Periode itu
Lanjutnya, Kunjungan Kerja Komisi 1 ke Kementrian Pertanian disambut baik dan diterima langsung oleh Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana (PSP).
“ Alhamdulillah kami diterima dengan baik. Saya sebagai pimpinan rombongan menyampaikan keluh kesah dari pada masyarakat dan berharap kita kabupaten Gorontalo mendapatkan realokasi kembali alokasi pupuk yang telah ditetapkan untuk 2023.
Menurutnya hal ini mendapatkan respon positif dari kementrian pertanian. Dan terungkap bahwa potensi Lahan pertanian ada sekitar 37.000 total yang dibutuhkan.
“ Pada prinsipnya kementrian pertanian sangat merespon ini. Dan untuk yang mendapatkan penetapan SK dari pemerintah Provinsi Gorontalo itu ada 33.000 ton untuk Urea, dan NPK 18.600 Ton. Tetapi untuk realisasi hanya ada 31.000 ton untuk urea, dan NPK hanya 18.200 ton masih ada selisih 2.000 ton Urea dan NPK 400 ton.
Pada kesempatan itu juga Aleg 3 Periode dari Dapil Boliyohuto menanyakan langsung Kenapa tidak terserap untuk Alokasi Pupuk di Kabupaten Gorontalo, katanya warga kita sangat membutuhkan itu.
“ Setelah kami tanyakan kenapa tidak terserap, sementara warga kita sangat membutuhkan itu. Ternyata pada saat melakukan penginputan oleh Dinas terkait melalui penyuluh ditingkatan bawah ada data yang invalid, karena mekanisme pencairan pupuk saat ini berdasarkan KTP menyesuaikan dengan NIK,” Jelasnya
“ Banyak NIK dari pada anggota-anggota Kelompok Tani yang invalid yang tidak berkesesuaian, maka dari itulah penyebab kenapa 200 ton dan 400 ton tidak terserap,” Tambahnya
Pada kesempatan itu pula Syarifudin meminta kepada pemerintah pusat dalam hal ini kementrian pertanian untuk membuka ruang kembali untuk melakukan penginputan kembali terhadap data yang tidak terinput kemarin untuk dilakukan penyesuian berdasarkan NIK.
Katanya, Respon dari kementrian sangat luar biasa, dengan memberikan kesempatan dengan meminta kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas kiranya dapat menyurat.
“ Saya yakinkan jangankan Dinas, hari ini pun kita akan hubungi Bupati untuk dibuatkan surat ke kementrian Pertanian perihal Permohonan untuk membuka kembali dan penginputan kembali data tersebut,” Tegas Aleg 3 jebolan dapil Boliyohuto CS dari fraksi Demokrat.
“ Alhamdulillah itu mendapatkan respon, Kadis Pertanian langsung membuat surat dan ditanda tangani oleh Pak Bupati saat itu, dan kami antarkan langsung ke kementrian pertanian dan mendapatkan tanggapan balik dari Kementrian Pertanian,” Pungkasnya
Terakhir dirinya sebagai ketua komisi 1 yang memimpin Rombongan DPRD ke kementrian Pertanian, mengapresiasi karena telah diberikan ruang untuk menyampaikan beberapa poin penting perihal kunjungan mereka.
“ Oleh karena itu saya selaku ketua komisi 1, mengapresiasi dan berterima kasih kepada kementrian Pertanian yang telah memberikan ruang,” tandasnya