Koordinat.co, Kabupaten Gorontalo – Miris dan sangat disesalkan. Begitulah pernyataan yang keluar dari berbagai pihak terhadap pelayanan Puskesmas Pulubala dan Tibawa, hingga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. MM. Dunda Limboto, yang menolak korban kecelakaan lalulintas (Lakalantas).
Penyesalan itu juga diutarakan, Stenli Tinduku, yang merupakan ponakan korban saat menceritakan peristiwa lakalantas pamannya yang terjadi di perbatasan Desa Mulyonegoro dan Desa Bakti, Sabtu (16/5/2021) sekitar pukul 15.40 Wita.
Ia mengungkapkan pihak Puskesmas Pulubala, Tibawa dan juga RSUD Dr. MM. Dunda Limboto tidak mau menerima atau menolak jenazah pamannya untuk dilakukan visum, sesuai saran petugas unit lakalantas Polres Gorontalo.
“Kami pihak keluarga hanya menerima arahan dari Petugas Lakalantas Polres Gorontalo. Mereka (Anggota Lantas_red) menyarankan kami agar melakukan visum untuk klaim Jasa Raharja paman kami,” kata Stenly Tinduku, Minggu (17/5/2021) dinihari.
Stenli mengatakan, usulan tersebut diterima pihak keluarga dengan langsung membawa jenazah pamannya menggunakan ambulance untuk dilakukan visum, sekitar pukul 17.30 Wita. Namun, pihaknya mendapatkan penolakan dari dua Puskesmas dan juga RSUD Dunda Limboto dengan berbagai macam alasan.
“Di Puskes Pulubala Dokter tidak berada ditempat, hanya ada beberapa petugas yang menyarankan ke Puskesmas Tibawa. Disana kami kembali disarankan langsung ke RSUD Dunda Limboto karena memang dokter juga tidak berada di tempat,” ujar Stenli.
“Di RSUD Dunda Limboto bahkan tidak ada tindakan sama sekali, petugas disitu hanya menyebutkan bahwa ini sudah melewati dua puskesmas, harus Dokter (Puksesmas) Pulubala yang menangani,” sambungnya.
Korban pun dibawa pulang tanpa hasil visum oleh petugas kesehatan baik Puskesmas dan juga RSUD Dr. MM. Dunda Limboto.
Lanjut Stenli, berbagai upaya telah dilakukan guna mendapatkan hasil visum jenazah pamannya. Namun, upaya tersebut tidak mendapatkan hasil hingga pukul 23.30 Wita.
“Sesampainya dirumah itu memang beberapa pihak seperti Pemerintah Desa dan juga kerabat paman saya ini masih berupaya agar visum dapat dilakukan dirumah. Namun lagi-lagi dokter (Puskesmas Pulubala) menolak,” beber Stenli.
“Sudah ada juga surat pemberitahuan dari Kepolisian ke Kepala Puskesmas. Alasan dokter (Tidak mau datang) ini dia belum menerima surat itu, sehingga dia tidak bersedia untuk datang,” sambungnya lagi.
Baru pada pukul 23.50 Wita, keluarga menerima informasi bahwa dokter telah bersedia untuk melakukan visum, namun lokasinya dilakukan di Puskesmas Pulubala.
“Atas persetujuan keluarga jenazah paman kami dibawa lagi ke Puskesmas Pulubala untuk dilakukan visum. Padahal sebelumnya kami berencana secepatnya akan memakamkan paman kami, melihat kondisi jenazah yang memang harus segera dimakamkan,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Roni Sampir, yang dihubungi melalui sambungan telefon mengaku telah menerima informasi tersebut, dengan akan melakukan evaluasi untuk kedepannya.
“Yang pasti ini menjadi bahan masukan untuk saya, kedepan bagaimana dokter-dokter yang bertugas di puskesmas ini bisa tinggal di sekitar kompleks puskesmas, agar lebih memaksimalkan pelayanan,” kata Roni.
Ia juga mengungkapkan, telah mengingatkan Kepala Puskesmas Pulubala untuk lebih memperbaiki pelayanan kepada masyarakat.
“Yang jelas perbaikan pelayanan untuk masyarakat, dan ini saya sudah beritahukan ke Kapus, kan kami baca juga postingan itu, dan Kapusnya sudah berkomitmen untuk perbaikan kedepan,” pungkasnya.
Editor: Ricky Rianto Kadir