Oleh : Erizelly Bandaro (Opini)
Suka tidak suka, bandul politik itu ada di tangan PDIP. Karena pertama dia partai pemenang pemilu. Kedua, kadernya jadi presiden sekarang. Jadi dari segi politik pada Pemilu 2024 nanti PDIP lebih diuntungkan. Sampai saat ini PDIP belum resmi dan belum mewacanakan siapapun capress. Apa pasal.? Megawati masih focus kepada kinerja kader PDIP di daerah. Maklum, focus PDIP bukan hanya Pilpres tetapi jauh lebih penting adalah penguasaan PDIP di daerah. Bagaimanapun eksistensi PDIP di daerah ditentukan oleh kinerja kadernya sebagai Gubernur/kepala daerah.
Tapi terlepas soal politik dalam menentukan pasangan capres. Yang jadi dasar utama pertimbangan partai menentukan calon presiden dan wakill adalah hasil survey. Mengapa? Partai dalam sistem demokrasi harus menerapkan cara pengambil keputusan yang modern berdasarkan hasil survey. Bukan soal suka atau tidak suka. Karena elektabilitas adalah aspirasi real rakyat kepada seseorang yang harus dihormati oleh partai.
Kalau liat hasil suvery LSI dan Parameter Politik terbaru bulan Februari 2021. Parameter Politik Indonesia (PPI) memunculkan tingkat elektabilitas Prabowo Subianto 19,9 persen, Anies Baswedan 11,9 persen, Ganjar Pranowo 11,3 persen, Ridwan Kamil 4,1 persen, Tri Rismaharini 4,0 persen, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok 1,8 persen, Sementara, Lingkaran Survei Indonesia menyatakan elektabilitas Prabowo 22,5 persen, Ganjar Pranowo 10,6 persen, dan Anies Baswedan 10,2 persen.
Namun khusus Ahok kemungkinan terganjal Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum yang mana capres tidak boleh pernah diancam hukuman 5 tahun. Walau faktanya Ahok kena 2 tahun, tapi ancaman hukumannya 5 tahun. Jadi tinggal Prabowo, Ganjar, Anies, yang berpotensi. PDIP dari waktu ke waktu akan terus pantau hasil survey mereka ini. Karena bisa saja berubah. Walau Megawati berambisi menjadikan Puan sebagai capres atau wapres namun hasil survey elektabilitas Puan rendah sekali. Hanya 0,7%
Namun yang harus digaris bawahi bahwa hasil survey mayoritas publik inginkan pasangan sipil/militer. Jadi peluang sipil semakin sempit, karena mempertimbangkan berpasangan dengan militer. Saya liat kemungkinan, kalau Prabowo elektabilitas terus naik, kemungkinan berpasangan dengan Ganjar. Kalau elektabilitas Ganjar bisa melewati PS, bisa jadi Ganjar / Prabowo. Kalau elektabilitas anies melewati PS, bukan tidak mungkin PDIP akan berusaha pasangkan dengan Ganjar. Jadi dari sekarang mereka harus terus bergrilya untuk naikan elektabilitasnya.
Kita liat nanti. Semua tergantung Survey dan asumsi tetap mulus sampai pada tahun 2024 tanpa ada accident kena cokot KPK atau Kejaksaan.