Oleh : Muhsin Labib
Banyak orang yang berhubungan perang dan mencintai damai karena menafikan kemestian relasi logis dengan alasan mindset alasan bahwa perang adalah kekerasan.
Mereka dikenal atau mengklaim sebagai aktivis perdamaian dan komunitas anti perang. Sekilas terlihat sangat humanis dan beradab, sedangkan semua pejuang kelompok aduk dengan para teroris dan para penjahat dalam satu kelompok yang dilukiskan sebagai primitif dan barbaris.
Bila kekerasan dasar maknanya pd akibat kerusakan korban dan kerusakan, maka ia adalh negatif. Scara efektual, ia bisa buruk apapun tujuan dan hasilnya.
Bila dipilih ini, maka perjuangan demi kemerdekaan dan represi demi penegakan hukum adalh negatif.
Bila jawaban negatif, maka ia ditiadakan. Bila ditadakan, justru penjajahan, penindasan dan kejahatan terjadi. Dengan kata lain, anti perang ekstrem adalah justifikasi penindasan, penjajahan dan kejahatan melawan supremasi norma dan hukum.
Bila implementasi kekerasan secara luas dan maknanya mencakup tujuan dan sebab, maka ia bisa negatif jika tak selaras dengan keadilan dan positif jika tunduk pada nilai keadilan.
Bila diimplementasikan sebagai pengertian tentang konfrontasi dua pihak, perang adalah bebas nilai. Bila diimplementasikan sebagai pengertian tentang agresi sebuah pihak atas pihak lain, perang adalah negatif.
Bila diimplementasikan sebagai pengertian tentang perlawanan terhadap pihak penindas, perang bernilai positif. Perdamaian (baca: kedamaian) dan perjuangan dua hal yang bertentangan. Ketika kedamaian dirampas, ia harus direbut.
Ketika usaha untuk merebut kedamaian dihalangi, perlawanan dilakukan. Dengan kata lain, Perdamaian adalah tujuan mulia, dan perlawanan terhadap kekuatan anti perdamaian adalah cara mulia.
Tanah Air yang kita huni dan nikmati saat ini adalah buah perlawanan dan perang.
Sikap tegas Pemerintah dan kesiapannya untuk mempertahankan wilayah darat, udara dan udara dari agresi dan upaya perampasan adalah perlawanan yang tak hanya baik namun harus. Sama dengan Indonesia tercinta.
Iran, stelah bersabar dengan mematuhi smua peraturan diskriminatif, melakukan pembatasan terhadap akumulasi kekuatan negatif berupa penindasan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan militer yang dilakukan oleh AS bersama sekutunya di Eropa dan Timteng untuk mempertahankan kedaulatannya. (R01)
Sumber : Facebook Muhsin Labib