Penulis : Dina Y. Sulaeman
-ZSM (netizen pro Israel) kan umumnya juga pro Papua merdeka. Bendera Bintang David juga banyak berkibar di Papua. Untuk menarik hati publik, ada yang nekad bawa-bawa Palestina.
ZSM: “Papua itu nasibnya sama kayak Palestina. Sama-sama dalam kondisi terjajah.”
Jawab: “Oh, berarti di matamu, Indonesia sama kejamnya dengan Israel ya? Berarti kamu ngaku juga ya, kalau Israel itu penjajah??”
ZSM: “Kalau Indonesia ga mau Vanuatu ngomongin Papua, Indonesia juga jangan bicara lagi soal Palestina!”
Jawab: “Papua itu bagian wilayah Indonesia, sah, diakui PBB. Gerakan Papua merdeka adalah aksi separatisme. Masa pemerintah Indonesia membiarkan pihak asing mendukung separatisme di tanah air? Sementara, Palestina adalah bangsa yang masih terjajah dan perlu dibantu agar merdeka.”
**
Fans Turki: “Nagorno-Karabakh itu wilayah sah dari Azerbaijan! Wajar dong kalau Azerbaijan melawan separatis!”
Jawab: “Nah, ini lo paham apa itu kedaulatan dan separatisme. Jadi, jangan marah-marah lagi sama Jokowi, “Kok ga belain Uyghur?!” Dalam pandangan pemerintah Indonesia, kasus di Xinjiang itu separatisme [ada suku Uyghur yang ingin memisahkan diri]. Sungguh munafik kalau di satu sisi pemerintah melawan aksi separatisme di Papua, tapi di saat yang sama mengkritik negara lain yang sedang melawan aksi separatisme.”
**
Dari dialog di atas, ada benang merahnya: berpikir LINIER itu sering menyesatkan. Apa itu mikir linier? Yaitu, tidak memperhatikan variabel-variabel yang terlibat secara lengkap, hanya ambil satu variabel, lalu ambil sikap/tindakan.
Ya ekstrimnya, mungkin sama dengan “pakai kaca mata kuda”. Pokoknya.. pokoknya.. pokoknya..
Poin tulisan saya ini: masalah geopolitik itu harus dilihat dari berbagai variabel. Kita yang masih waras dan mau belajar, janganlah meniru ZSM yang berkata, “Pokoknya kata Kitab kami, Palestina itu tanah yang dijanjikan Tuhan”. Atau, para simpatisan “jihadis” yang bilang, “Pokoknya rezim Assad itu Syiah laknatulloh, harus digulingkan, kalau perlu, dibunuh!”
Di antara variabel penting yang harus dipertimbangkan dalam menganalisis konflik Timur Tengah, cobalah lihat negara-negara kuat yang terlibat dalam konflik. Mengapa AS yang liberal (dan jelas bukan negara Muslim) mau kasih dukungan dana maupun suplai senjata ke “jihadis” (di Suriah), atau tiba-tiba Menlu AS datang ke Libya bersalaman dengan “jihadis”? Mengapa Israel juga mau kasih bantuan ke “jihadis” di Suriah? [1]
PASTI ADA SESUATU. Jangan naif/lugu mengira AS dan Israel mau keluar duit semata-mata “menyelamatkan” rakyat dari “rezim diktator”.
SESUATU itu apa? Yang pasti, pasti sumber daya alam. Follow the money, itu rumusnya.
Ini bukan subjektivitas (atau “kebencian”, biasanya ZSM suka nuduh saya begini kalau sudah gak punya argumen). Sudah banyak buku yang membahas perang-perang AS, yang ditulis orang AS sendiri. Misalnya, “Demokrasi: Ekspor Amerika Paling Mematikan” karya William Blum. Ada buku yang membahas betapa perang-perang AS itu adalah demi Israel (The Israel Lobby and U.S. Foreign Policy, karya Prof Mearsheimer & Walt).
Nah, cara berpikir seperti ini, bawa ke Indonesia.
Bangsa sedang didera pandemi, tiba-tiba saja merebak isu “PKI Bangkit Lagi”. Logikanya, apa mereka ada bukti bahwa “PKI bangkit lagi”? Kalau ada, kasih ke polisi atau ungkap ke publik. Kalau tidak ada, berarti ini tuduhan kosong.
Lalu lihat, siapa sih “aktor kuat” yang berkepentingan dengan isu PKI? Siapa negara besar di luar sana yang juga berkoar-koar “awas komunisme”? Google saja: ternyata Amerika Serikat [2]. Lalu hubungkan dengan kepentingan ekonomi, pelajari bagaimana sejarah dominasi AS di Indonesia pasca 1965, dst. Jadi, jangan pakai kaca mata kuda “si anu anti Islam” melulu.
*Semoga bisa dipahami ya…(R01)
Sumber : Facebook Dina Y. Sulaeman
Latar belakang penulis : Analis isu-isu sosial dan geopolitik Timur Tengah. Meraih gelar doktor Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran (2016), Direktur Indonesia Center for Middle East Studies. Beberapa karyanya antara lain “Salju di Aleppo”, “Pelangi di Persia”, “Ahmadinejad on Palestine”, “Obama Revealed”, “Princess Nadeera”, “Journey to Iran”, “Prahara Suriah”, dan “A Note from Tehran” (antologi). Saat ini tinggal di Bandung.
[1]https://www.wsj.com/articles/israel-gives-secret-aid-to-syrian-rebels-1497813430
[2} Amerika Sebut Indonesia dalam Bahaya Partai Komunis China https://www.viva.co.id/militer/militer-dunia/1224497-amerika-sebut-indonesia-dalam-bahaya-partai-komunis-china