Oleh : Ruhullah Makkawaru
Amirul Mukminin Ali as: Siapa yg menghitung hari esok masih usianya, pada hakekatnya dia belum menempatkan kematian sesuai pada tempatnya (Kafi, jld 3, hal 25).
Kematian adalah perkara pasti, Tuhan berfirman, Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Kendatipun ia adalah perkara pasti,
tapi tidak diketahui kapan datangnya. Boleh jadi sesaat datangnya dan boleh jadi masih tahunan. Namun yang jelas kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya dan menyiapkan bekal baginya.
Al-Qur’an menjelaskan
sebaik-baik bekal untuk kematian dan hari akhirat adalah ketakwaan.
وتزودوا فان خیر الزاد التقوا
Berbekal-bekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.
Jalan takwa adalah jalan ketaatan kepada Tuhan dengan mengamalkan perintah-Nya serta meninggalkan larangan-Nya. Dalam suatu penjelasan dikatakan bahwa takwa adalah, Tuhan melihat kehadiranmu pada perkara yang diperintahkan-Nya dan tidak menyaksikan kehadiranmu pada perkara yang dilarang-Nya.
Takwa juga pada dasarnya selain bekal terbaik bagi akhirat, juga menjadi wasilah untuk meraih berbagai sifat-sifat kesempurnaan. Karena, dengan takwa manusia bisa memperoleh ilmu dan makrifat hudhuri serta syuhudi, ilmu yang menghadirkan objek itu sendiri di sisi subjek. Ilmu yang Tuhan mengajarkan pada hamba-Nya tidak secara hushuli, yakni hanya menghadirkan gambaran objek pada diri subjek.
والتقوا الله یعلمکم الله
Bertakwalah pada Allah niscaya Allah akan mengajarimu (QS.Al- Baqarah: 282).
Makrifat dan ilmu ini tentulah lebih tinggi dari pengetahuan hushuli yang jalannya tidak mesti didasari dengan ketakwaan. Jalannya lewat transformasi dari seorang guru, buku, atau wasilah-wasilah lainnya.
Oleh karena itu, jalan takwa adalah jalan terbaik untuk meraih makrifat dan juga jalan terbaik untuk menyiapkan bekal kehidupan akhirat. (R01)
Sumber : Facebook Ruhullah Makkawaru