Oleh : Erizelly Jelly Bandaro
Koordinat.co, Opini – Syekh Muhammad Jamil Djambek adalah ulama besar Sumatera Barat. Potongannya tidak seperti kaum padri yang hanya berjanggut. Dia memelihara jambang dan kumis. Jadi benar benar nampak gagah dan cool. Dalam usia remaja dia berangkat ke Makkah guna menimba ilmu agama. Gurunya di makkah adalah juga guru dari KH Ahmad Dahlan ( pendiri Muhammadiah), KH Hashim Ashari ( Pendiri NU), yaitu Syekh Ahmad Khatib Minangkabau. Namun beliau lebih focus belajar ilmu falak dan belajar ilmu Tarekat Naqsyabandiyah – Khalidiyah ( teologi islam).
Setelah selesai pendidikan di Makkah beliau kembali ke Sumatera Barat. Beliau mencoba mengembangkan ajaran Tarekat Naqsyabandiyah – Khalidiyah. Akhirnya berkembang luas sampai sekarang.
Saya waktu muda pernah aktif di pengajian, tarekat Naqsyabandiyah. Namun kemudian, beliau berpikir melakukan kegiatan alternatif. Dia begitu tertarik pada usaha meningkatkan keimanan seseorang. Hingga kemudian dia mendirikan dua buah surau yakni Surau Tengah Sawah dan Surau Kamang. Keduanya dikenal sebagai Surau Inyik Jambek.
Beliau dikenal sebagai tokoh pembaharu islam. Cara berdakwah yang sebelumnya banyak menggunakan bahasa Arab dan pujian pujian, digantinya dengan kisah hikmah dalam bahasa melayu.. Jadi kalau beliau berdakwah lebih banya bercerita yang kaya hikmah untuk memperkuat keimanan. Kira kira sama seperti Rumi yang berdakwah dengan sajak. Beliau juga sangat egaliter dan bersahaja dalam berdakwah.
Ada cerita dari mulut kemulut di Minang Kabau tentang kehebatan dia menggiring para pendosa mau kembali ke Surau ( masjid). Bagi pendosa yang suka berjudi sabung ayam, dia tidak menunggu mereka datang ke Surau tapi mendatangi tempat mereka melakukan maksiat.
Tidak untuk mengatakan berjudi itu haram dan perbuatan mereka kufur. Tidak membawa jamaahnya dengan pentungan untuk mengusir penjudi itu. Tidak! Jadi apa yang dilakukannya? Beliau membawa ayam kecil untuk disabung di gelanggang. Semua orang menganggap beliau bodoh karena ayam aduannya pasti kalah. Karenanya tidak ada satupun penjudi menjagokan ayam aduannya. Orang banyak meliat sebelum ayam diadu, beliau membisikan sesuatu kepada ayamnya. Ketika diadu, hanya dua kali pukulan , ayam lawan langsung roboh. Orang banyak terkejut. Berkali kali ayam kecil itu diadu selalu menang. Orangpun bertanya mencari tahu, apa yang dibisikannya kepada ayam itu. Beliau mengatakan yang dibisikannya kepada ayam adalah Al-Fatihah.
Beberapa dari penjudi hafal bacaan Al Fatihah itu, tapi ketika dibisikan kepada ayam itu, ternyata kalah. Beliau menegaskan bahwa membacanya harus dengan hati. Tidak bisa dengan hanya dilafalkan. Bagaimana cara membaca dengan hati ? beliau menyarankan para pejudi itu datang ke Surau untuk belajar mengaji. Akhirnya para pejudi itu datang mengaji. Walau niat awalnya mengaji agar dapat karamah untuk menang dalam sabung ayam namun berlalunya waktu nikmat iman telah merasuk dihati mereka untuk menghindari segala bentuk maksiat dan akhirnya mereka tak ingin lagi berjudi.
Berdakwah di Masjid atau majelis , yang datang adalah mereka yang “ingat” dan biasanya pendakwah mendapat upah dari majelis karena telah memberikan ilmu penguat iman. Tapi berdakwah kepada mereka yang “lupa”, yang tidak mau datang ke Masjid dan harus mendatanginya adalah pengorbanan. Berdakwah dengan melafalkan Al Quran dan Hadith dalam bahasa Arab, memang hebat menaikan status orang hebat. Tetapi apakah efektif membuat orang paham? Tidak. Namun dengan kisah hikmah, orang awam atau tidak paham agamapun bisa mengerti dan merasuk kehatinya. Apalagi dengan bahasa yang indah penuh cinta dan kasih sayang. Hati sekeras batu bisa lunak.
Ingat ,sejahat jahat orang tentu tidak sekufur Firaun yang menjadikan dirinya Tuhan namun Allah tetap meminta kepada Musa untuk mendatangi Firaun dengan bahasa lemah lembut.
Sejahat jahat orang tentu tidak sejahat Abu Lahab yang memusuhi Rasulullah? Tidak sebiadab Umar Bin Khatap yang mengubur anak wanitanya hidup hidup ? Rasulullah masih mendoakan kebaikan untuk Abu Lahab dan Umar ,dan tetap dengan lemah lembut. Apalah kita dibandingkan Rasul.
Tentu tidak ada alasan kita merasa sombong kepada mereka yang lupa dan berbeda.
Ingat ketika kau tampakan buruk laku kepada orang yang berbeda dan lupa, itu artinya kau sedang merusak hakikat islam itu sendiri. Kau adalah musuh Allah. Syiar islam adalah menebarkan aura dan perbuatan penuh kasih sayang untuk mengingatkan cinta Allah. Karenanya berlemah lembutlah kepada mereka yang lupa dan berprasangka baiklah kepada mereka yang berbeda.
Paham ya sayang.!! (R01)
Sumber : Group FB Erizely Jelly Bandaro, diskusi dengan Babo.